Rabu, 21 Januari 2009

C'est La Vie

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Suatu ketika, seorang petani miskin
terbingung-bingung menerima kenyataan
karena kudanya telah mati semalam. "Menyedihkan
sekali," tetangganya
berkata. "Bagaimana kamu akan mengolah tanah yang
keras ini tanpa kudamu?"
tanya tetangganya. "Itulah hidup," sahut petani
kepada tetangganya.

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP

Kemudian, seorang juragan yang kaya raya dari desa
lain mendengar kabar
tentang kuda itu. Juragan itu pun jatuh kasihan dan
menghadiahi si petani
dengan seekor kuda yang baru. "Menyenangkan
sekali!" kata tetangganya
tadi. Sekali lagi, si petani hanya berkata, "itulah
hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Suatu malam dua bulan kemudian, karena ketakutan
saat terjadi hujan badai
yang disertai petir dan angin kencang, kuda itu
melompati pagar dan
melarikan diri ke gunung. Sekali lagi, si petani
harus kehilangan kudanya.
Tetangganya mengomentari lagi, "Menyedihkan sekali,
sekarang bagaimana?"
Petani itu berkata pendek, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP
Kurang dari tiga bulan kemudian, dengan mengejutkan
orang sedesa, kuda itu
kembali lagi ke kandang si petani. Hanya saja, kuda
itu tidak kembali
sendirian, melainkan datang bersama dengan seekor
kuda lain yang terlihat
begitu gagah. Sekarang petani itu punya dua kuda!

Kini, si petani dapat memanfaatkan satu kuda dan
anaknya memanfaatkan kuda
yang lain. Keluarga petani itu bisa panen dengan
hasil dua kali lipat
lebih banyak dari pada panen sebelumnya. Tetangga
petani itu benar-benar
tercengang dengan keberuntungannya. "Menyenangkan
sekali!" komentarnya
seperti biasa. Dan lagi-lagi: "Itulah hidup."

MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP
Musim dingin segera tiba. Para petani tak lagi bisa
mengolah tanah yang
dingin dan membeku.

Anak petani berpikir, itu adalah saat yang tepat
untuk menunggangi kudanya
berkeliling desa. Anak petani itu pun menaiki
kudanya. Tapi sayangnya, ia
tak cukup kuat dan pandai menunggangi kuda yang
gagah dan perkasa. Ia
terlempar jatuh, terluka, dan mengalami patah di
kakinya. Tetangga petani
itu berkomentar, "menyedihkan sekali!". "Sekarang
anakmu cacat", tambahnya
lagi. Petani itu menjawab, "itulah hidup."

MENYENANGKAN, ITULAH HIDUP

Saat musim semi tiba, datanglah seorang perwira
militer ke desa itu. Dia
mengambil semua pemuda yang sehat raganya, untuk
ikut berperang di
provinsi tetangga. Akibatnya, hampir semua pemuda
dari desa itu tewas
dalam peperangan.

Tetangga petani itu berujar lagi, "alangkah
beruntungnya anakmu yang cacat
itu. Ia tetap selamat bersamamu." Petani itu
berterimakasih kepada
tetangganya, kemudian ia berkata "itulah hidup."

TERIMALAH HIDUP "APA ADANYA", BUKAN "ADA APANYA"

Cerita di atas terus diceritakan dari generasi ke
generasi. Mengapa?
Karena cerita itu adalah mikrokosmos dari
kehidupan. Hanya dengan beberapa
paragraf, adalah sangat mungkin bagi kita untuk
menarik pelajaran penting
dari prinsip kehidupan.

Sesuatu yang baik bisa muncul dari sesuatu yang
buruk. Tak usahlah Anda
terlalu sedih, jika Anda tak tahu akan bagaimana
akhir dari semua yang
Anda alami. Begitu pula, sesuatu yang buruk bisa
muncul dari sesuatu yang
baik. Janganlah Anda terlalu senang dengan gelimang
segala senang yang
Anda rasakan saat ini.

Prinsip terpenting dari moralitas cerita di atas
adalah, kita tidak akan
pernah tahu kapankah keadaan kita akan baik atau
buruk. Hanya waktu yang
akan mengatakannya. Jadi, bagaimanakah kita harus
memperlakukan hidup ini?
Dengan tangan terbuka. Terimalah berbagai hal
sebagaimana adanya.
Terimalah semua hal "apa adanya", bukan "ada
apanya".
Satu cara untuk mengekspresikan prinsip di atas,
adalah begini:

"Pada akhirnya, segala sesuatu akan menjadi baik.
Jika sesuatu tidak baik
sekarang, maka itu bukan akhir segalanya."

Banyak dari kita, buta akan kehidupan. Obat
kebutaan itu bukanlah 'sight'
akan tetapi 'insight'. Lihatlah ke dalam. Untuk
itu, tidak diperlukan
mata, melainkan mata hati. Semuanya hanya perlu
dimengerti. Semuanya hanya
perlu dimengerti dengan prinsip-prinsip kehidupan.

APA YANG TERLIHAT TIDAK SEPERTI YANG TERLIHAT

Misalnya, "apa-apa tidak seperti penampakannya."
sesuatu yang terlihat
baik, mungkin sebenarnya buruk. Begitu pula
sebaliknya, apa yang terlihat
buruk bisa jadi baik.

Perspektif, persepsi, sudut pandang, atau sikap
kita, tidak semestinya di
dasarkan pada data dari panca indera. Tidak
semestinya juga didasarkan
pada penampilan atau penampakan. Semestinyalah,
cara kita melihat hidup
didasarkan pada cahaya ilmu, pengetahuan dan
pemahaman.

Pertimbangkan ini: menghakimi orang lain adalah
seperti mengemudi
kendaraan. Kita marah karena lampu mobil mereka
menyilaukan mata kita,
padahal lampu mobil kita sendiri mungkin lebih
menyilaukan mata mereka.
Jika kita mau menerapkan pemahaman ini, maka kita
akan berhenti merasa
diserang oleh berbagai tampilan. Kita tidak
melihatnya dengan mata, tapi
dengan mata hati kita.

Ketahuilah, bahwa kebahagiaan tidak datang dari
posisi tertentu, melainkan
dari disposisi tertentu. Kebahagiaan bukan soal
altitude melainkan
attitude. Bukan tentang ketinggian posisi,
melainkan keluhuran budi. Hanya
itulah yang membedakan kebahagiaan dari kesedihan
dan duka lara, kesehatan
dari sakit, dan kesuksesan dari kegagalan.

MENYENANGKAN DAN MENYEDIHKAN, ITULAH HIDUP

Pertimbangkanlah poin-poin berikut ini:
* Mawas dirilah tentang persepsi Anda akan
kehidupan. Apakah Anda
selalu senang, berbahagia dan merasakan
kenikmatan? Jika tidak,
berhentilah mengeluh karena itu tidak produktif.
Berupayalah untuk
mengerti bahwa persepsi tidak datang dari luar
melainkan dari dalam. Jika
Anda tidak berbahagia, persoalannya ada pada diri
Anda. Bukanlah dunia
yang tidak berbahagia, melainkan Andalah yang
tidak berbahagia. Itu
artinya, bukan dunia yang perlu diubah melainkan
Andalah yang harus berubah.
* Bagaimana Anda bisa berubah? Mulailah dengan
menemukan kenyataan,
akan adanya seribu satu jalan untuk
menginterpretasikan berbagai
kejadian. Anda punya kekuatan untuk memilih satu,
dari tak terbatasnya
sudut pandang. Pilihlah sudut pandang yang positif
dan konstruktif.
Berhentilah dengan segala reaksi otomatis seperti
selama ini. Belajarlah
untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum
bertindak. Lihatlah dunia
dengan cahaya alasan dan penyebab, jangan hakimi
ia karena penampilannya.
* Sadarilah, saat Anda memilih untuk melihat
dunia dengan kaca mata
yang berbeda, Anda akan merasa berbeda. Dan saat
Anda merasa berbeda,
anda akan bertindak berbeda. Untuk menjadikan
dunia ini pink bagi Anda,
caranya mudah saja: Pakailah kacamata berwarna
pink.
* Memutuskan untuk berubah belumlah cukup.
Janganlah berhenti hanya
pada niat baik. Akhirilah dengan tindak lanjut.
Make a plan and complete
what you begin.
* Mengembangkan kebiasaan baru selalu perlu
upaya. Jangan berhenti
hanya karena kendala. Gandhi mengatakan, "effort
brings discomfort."
* Saat menghadapi kesulitan, ingatlah bahwa itu
tidak datang dari
nasib buruk atau takdir acak. Nasib tidaklah
buruk, dan takdir tidaklah
asal-asalan. Andalah yang buta. Bagaimana Anda
bisa melihat hari ini,
sesuatu yang baru akan terjadi besok?

Jadilah petani miskin, dan katakan: "Itulah hidup "

welcome bro n sis....

thanks for 4JJI and Rasulullah Muhammad...atas rachmat dan hidayahnya.....

Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan sekutu yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain

kesampaian juga neh akhirnya,.....bisa belajar bikin blog.....